ORGAN BICARA
DAN FUNGSINYA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas ilmu ashwat diampu
oleh:Ustadzah Chairani Astina,M.pd
Disusun Oleh:
Yukhaida Khoirun Niswa.18320313020
Atik Maulana Hanifah.1832031321
Ismaenah.1832031322
PENDIDIKAN
BAHASA ARAB
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNVERSITAS
SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
2013
A. ORGAN BICARA
Dalam mengawali pembicaraan tentang organ bicara,perlu terlebih
dahulu diperhatikan tiga hal,yaitu sebagai berikut.
1. Bahwa penamaan beberapa organ tubuh sebagai organ bicara adalah
penamaan yang bersifat majazi ,bukan hakikat(relita).Organ-organ tubuh
yang disebut dengan organ bicara sebenarnya adalah organ biologis yang berfungsi
untuk menjamin kelangsungan hidup seseorang.
Gigi misalnya.adalah organ biologis yang berfungsi mengunyah
makanan yang sangat diperlukan tubuh untuk menjamin kelangsungan hidup
seseorang.Demikian juga lainnya yang sebenarnya organ biologis yang mempunyai
fungsi untuk menjamin hidup manusia.
2. Fungsi kebahasaan dari organ
bicara sebenarnya bukanlah fungsi utama,tetapi mungkin hanya fungsi kedua, fungsi
ketiga, bahkan mungkin hanya fungi suplemen saja.
Bernapas misalnya,mempunyai tugas yang
lebih vital dalam mengirup dan mengeluarkan udara demi kelangsungan hidup
manusia.oleh karena itu bernapas harus berlangsung terus- menerus tanpa
berhenti.Di sisi lain bernapas mempunyai fungsi yang cukup signifikan pula
dalam proses bicara, dimana yang dipompakan dari paru-paru merupakan bahan baku
untuk memproses bunyi. Akan tetapi, fungsi ini tidak akan sevital fungsi yang
pertama.
3. Tidak
semua organ bicara bergarak,tetapi sebagian besar adalah statis.
Organ bicara yang tidak bergerak seperti
gigi atas, gusi, rongga hidung dan lain-
lain,sedangkan organ bicara yang bergerak seperti dua bibir, lidah,
tekak, tenggorokan, kerongkongan (dua pita suara), paru-paru lain.
Untuk penjelasan selanjutnya,organ bicara
tersebut dikelompokkan ke dalam tiga kelompok sebagai
berikut.
1. Kelompok organ yang terdiri atas alat-alat pernapasan yang tepatnya berada
dibawah kerongkongan.
2. Kerongkongan, yang terdiri dari tulang rawan, otot, persendian, dan
selaput.Bagian ini merupakan bagian terpenting dari organ bicara.
3. Tiga buah rongga yang terdapat di atas kerongkongan, yaitu
a. Rongga tenggorokan.
b. Rongga hidung, dan
c. Rongga mulut.
Rongga terakhir ini terdiri dari belahan
mulut bagian atas, belahan mulut bagian bawah, bibir, lidah, gigi, gusi,
langit-langit keras , langit-langit lunak, dan anak lidah(tekak)
Organ-organ yang terpenting dalam
pernapasan adalah sebagai berikut.
Rongga dada terdiri atas tulang dada di bagian depan, 12 pasang rusuk di
bagian kiri dan kanan, dan 12 cabang
rusuk di tulang punggung belakang. Sepuluh pasang di antaranya bersambung dari belakang ke
depan, sedangkan dua pasang tidak bersambung. Hal itulah yang membuat rongga
dada dapat mengembang dan mengempis.
Dalam proses bicara , organ-organ ini berfungsi menekan rongga dada ke
arah paru-paru dengan tekanan yang sangat rapi dan tingkat yang beda-beda.Setiap
tekanan yang dilakukan mengakibatkan arus keluar udara, sesuai dengan jumlah
dan tingkat tekanan yang dilakukan.Proses inilah yang mengakibatkan terjadinya
penggalan dalam suatu kata.
Organ ini terdiri atas susunan otot yang
bentuknya melebar dan dapat bergerak. Organ inilah yang memisahkan antara
alat-alat pernapasan dengan alat-alat pencernaan. Fungsi dari organ yang
bergerak turun naik ini adalah sebagai penekan paru-paru lewat tekanan terhadap
rongga dada.Tinggi rendahnya tekanan yang terjadi tergantung dengan bagian kata
yang akan dituturkan atau kejiwaan seseorang saat menuturkannya. Tekanan inilah
yang mengakibatkan adanya unsur letupan dalam bunyi bahasa.
Paru-paru adalah organ yang bersifat elastis yang dapat berkembang dan
mengempis . Organ ini terdiri dari penampung udara, saluran udara, dan pembuluh
darah. Paru-paru yang terdiri dari bagian kiri dan kanan dihubungkan dengan
saluran udara oleh dua cabang penyalur udara. Pengembangan dan pengempisan
paru-paru terjadi akibat tekanan yang dilakukan oleh rongga dada dan sekat
rongga dada secara serempak.
Gerakan paru-paru ini terjadi sesuai
dengan perimbangan temperatur udara di dalam rongga dada dengan temperatur
udara di luar tubuh manusia.
Apabila temperatur didalam paru
lebih tinggi dari temperatur diluar tubuh manusia maka pengeluaran udara atau
pengembusan napas akan terjadi leluasa.Sebaliknya, apabila temperatur udara
udara diluar tubuh manusia lebih tinggi dari temperatur didalam rongga dadanya
maka pengeluaran udara atau penghirupan udara atau penarikan napas.Oleh karena
itu. Didalam ruangan yang sempit dan penuh sesak dengan manusia, akan terasa sulit
bernapas karena temperatur diluar sudah lebih tinggi dari dalam dada,sehingga
paru-paru yang ingin mengeluarkan udara yang ada didalamnya akan mendapat
penolakan dari luar.
Dalam berbicara udara yang berasal
dan keluar dari paru-paru mutlak sangat diperlukan, mengingat bahwa bunyi
bahasa Indonesia dan bahasa Arab tidak ada yang menggunakan udara yang berasal
dari luar, tetapi semua menggunakan udara yang keluar dari paru-paru. Tempo
yang digunakan dalam penarikan dan penghembusan napas adalah sama ketika tidur
atau istirahat, sedangkan saat lelah dan sakit tempo untuk menarik napas tampak
lebih panjang.
Saluran udara ini biasa juga disebut
dengan khalqum, yaitu sebuah pipa udara yang terbuat dari cincin-cincin
tulang rawan yang terletak di atas paru-paru dan di bawh kerongkongan sepanjang
12 cm dengan jari-jari 2 s.d. 2 ½ cm. Saluran ini mempunyai dua cabang yang menghubungkannya dengan kedua
belah paru, kiri dan kanan.
Di bagian belakang dari saluran
udara ini terdapat saluran makanan dan minuman dari mulut ke bagian pencernaan.
Fungsi saluran udara dalam bicara
adalah sebagai tempat lalunya udara yang merupakan bahan baku dari suatu bunyi
yang datang dari paru-paru untuk diteruskan ke rongga mulut dan rongga hidung ,
di samping itu, saluran udara ini juga berfungsi sebagai koyak resonansi
beberapa jenis bunyi.
Kerongkongan yang berbentuk kotak kecil ini teletak di antara ujung
sebelah atas saluran udara dan pangkal dari rongga tenggorokan . Bagian depan
dari kerongkongan ini biasa disebut dengan istilah jakun ‘apel Adam’.
Kerongkongan terdiri atas tiga tulang rawan , yang pertama disebut
dengan tiroid yang terletak di bagian atas, berbentuk setengah lingkaran di
sebelah belakang dan melebar di bagian depan , bagian ke dua adalah tulang
rawan bundar yang disebut dengan krikoid
yang terletak di bawah tiroid , sedangkan yang ke tiga adalah aritenoid
yang terdiri dari dua abuah tulang rawan yang terletak di atas tulang rawan
krikoid. Dua buah tulang rawan kecil ini dihubungkan dengan engsel dan urat
pengikat.
Organ bicara yang paling penting dari kerongkongan ini adalah dua buah pita suara/vokal cords, yaitu
dua buah pita lebar memanjang dari belakang sampai belakang jakun(apel
Adam),Diantara dua pita ini terdapat klep yang disebut glottis ,Dari klep
inilah udara akan keluar menuju mulut.
Pita suara dapat membentuk berbagai macam bentuk ketika menghadapi udara yang datang dari
paru-paru, yang mengakibatkan terjadinya variasi bunyi yang dihasilkan. Di
antara posisi pita suara tersebut adalah posisi rapat/menutup, posisi
berjauhan/terbuka, posisi bergesekan/bersentuhan dan posisi berdekatan.
Dalam kondisi ini, dua buah pita suara marapat sehingga tidak ada
jalan keluar untuk udara yang datang dari paru-paru, inilah yang mengakibatkan
paru-paru terpaksa menambah tekanan untuk memaksa kedua pita suara membuka klep
udara tersebut. Kondisi inilah yang mengakibatkan terjadinya bunyi
letupan(as-syadidah)dikerongkongan.
Bunyi letupan kerongkongan dalam bahasa Indonesia adalah hamzah
yang hurufnya tidak tetap ,
kadang-kadang ditulis seperti k
dan kadang-kadang ditulis koma di atas huruf.
Dalam kondisi ini dua buah pita suara bersentuhan, tetapi tidak sampai merapat
sehingga udara yang datang Dari paru-paru dapat membuka dan menutup klep udara
di antara dua pita suara dengan mudah, cepat, dan teratur. Kondisi seperti ini
mengakibatkan terjadinya getaran pada pita suara. Bunyi yang keluar dalam
posisi pita suaraseperti ini disebut dengan suara bunyi bersuara.
Bunyi dalam bahasa Indonesia yang bersuara Arab adalah b, m, w,
v, d, z, l, n, r, j, c, y, g, ng, dan
ny.
Dalam kondisi ini dua buah pita suara membuka lebar dengan
membentuk semacam segitiga sama kaki, sehingga udara yang datang dari paru-paru
dengan leluasa melewati kerongkongan tanpa ada hambatan sedikit pun. Bunyi yang
terjadi dengan kondisi pita suara seperti ini disebut dengan bunyi tidak
bersuara.
Bunyi bahasa Indonesia yang tidak
bersuara adalah p, f, t ,s , sy, k, (kh, q), dan h.
Kondisi pita suara dalam keadaan
bernapas biasa mirip dengan kondisi ini, hanya klep udara yang dibuka oleh pita
suara ketika bernapas biasa jauh lebih lebar dari pada saat menuturkan bunyi
tidak bersuara.
Dalam kondisi ini dua pita suara berdekatan, tetapi tidak sampai
mengakibatkan terjadinya gesekan ketika udara yang datang dari paru-paru
melewati klep pita suara tersebut. Bunyi yang terjadi dengan kondisi pita suara
seperti ini disebut dengan bunyi bisikan. Dalam kondisi seperti ini semua bunyi
yang bersuara dapat berubah menjadi bunyi bisikan.Oleh karena itu, dalam bicara
berbisik-bisik tidak ada bunyi yang bersifat letupan dan tidak ada pula yang bersifat bersuara
,semua bunyi menjadi geseran dan tidak bersuara.
Organ bicara
ini terdiri atas beberapa bagian berikut ini
a.
Tenggorokan
Tenggorokan adalah sebuah rongga
yang terletak di antara kerongkongan dengan mulut yang bentuknya mirip dengan
pipa. Apabila pangkal lidah mundur dan menekan dinding tenggorokan maka rongga
tengorokan tersebut menjadi menyempit, sehingga memperngaruhi arus udara yang
datang dari paru-paru. Tenggorokan ini juga merupakan makhraj dari beberapa
bunyi Arab, seperti (‘Ain-Ha), dalam ilmu tajwid huruf-huruf tersebut disebut
huruf halaqiah (bunyi-bunyi tenggorokan).
b.
Lidah/Tounge
Lidah adalah
sejenis otot yang memenjang di rongga mulut.Organ ini terdiri dari beberapa unsur yang tersusun
secara rapi, seperti otot-otot dan syaraf-syaraf. Di bagian ujung lidah
terdapat semacam syaraf yang berfungsi sebagai alat perasa. Lidah dapat dibagi
kepada lima bagian, yaitu
1. Ujung lidah(apix/tip
of the tounge),
2. Pinggir lidah(blade
of the tounge),
3. Depan lidah(front
of the tounge),
4. Pangkal lidah(back
of the tounge),
5. Akar lidah(roots
of the tounge).
Namun demikian yang banyak
disebut-sebut dalam fonetik adalah
a.
Ujung lidah/ apiko
b.
Tengah lidah
c.
Pangkal lidah/dorso
d.
Pinggir lidah
Lidah termasuk organ bicara yang
paling aktif, dengan gerakan-gerakan tertentu dari bagian-bagian lidah seperti
dijelaskan di atas bertemu dengan organ bicara pasif sehingga terjadilah bunyi
yang mempunyai ciri tersendiri.
Ketika ujung lidah bertemu dengan
ujung gigi, Terjadilah bunyi (tsa-dza-dzo), ketika ujung lidah bertemu dengan
pangkal gigi, Terjadilah bunyi(ta-da-tho), ketika ujung lidah bertemu dengan
langit-langit keras terjadilah bunyi(syin-jim), ketika tengah lidah bertemu
dengan langit-langit keras (ya), dan ketika pinggir lidah bertemu geraham terjadilah bunyi(dzo) menurut
ilmu tajwid dan seterusnya.
c.
Langit-langit/Palate
Langit-langit terletak dibagian atas rongga mulut yang memanjang
dari pangkal gigi di bagian depan sampai anak lidah (tegak) di bagian belakang.
Para ahli membagi langit-langit kedalam tiga bagian, yaitu
1.
Bagian depan yang disebut dengan gusi/alveloar,
2.
Langit-langit keras/palate, dan
3.
Langit-langit luna/velar
Langit-langit termasuk organ yang pasif, kecuali langit-langit
lunak yang bisa bergerak mundur ke belakang dan bekerja sama dengan tekak untuk
membuka dan menutup saluran udara ke hidung. Apabila bagian lidah bergerak
menuju salah satu bagian dari langit-langit di atas akan terjadilahbunyi
tersendiri:
Apabila ujung lidah bertemu dengan gusi tejadilah bunyi za-shod-sin-ro
(apikoalveolar).
Apabila ujung lidah bertemu dengan langit-langit keras, terjadilah
bunyi jim-syin(apikopalatal).
Apabila tengah lidah bertemu dengan langit-langit keras,terjadilah
bunyi ro(mediopalatal).
Apabila pangkal lidah bertemu dengan langit-langit lunak,terjadilah
bunyi kho-kaf-ghoin(dorsovelar)
Kerja sama antara langit-langit lunak dengan bagian lidah sangat
besar fungsinya dalam membuat rongga mulut sebagai kontak resonansi untuk
beberapa bunyi tertentu. Disamping itu, langit-langit lunak dapat mengubah alur
udara yang keluar melalui rongga mulut menjadi keluar dari rongga hidung dengan
membuka klep udara menuju hidung, atau sebaliknya.
d.
Anak Lidah/Tekak/Uvula
Anak lidah terdapat dibagian atas, antara langit-langit lunak
dengan tenggorokan , diantara rongga mulut dengan rongga hidung.fungsinya
hampir sama dengan fungsi langit-langit lunak.Langit-langit lunak dapat
bergerak menutup klep udara yang menuju ke rongga hidung, sehingga bunyi akan
keluar dari rongga hidung.oleh karena itu, fungsinya hampir sama dengan fungsi
langit-langit lunak, Disamping itu kerja sama dengan anak lidah dengan pangkal
lidah merupakan makhraj bunyi (qof).
e.
Gigi/Dental
Gigi terdapat di belahan mulut atas dan belahan mulut
bawah.Walaupun gigi bawah dapat bergerak, namun tidak banyak berfungsi dalam pembentukan bunyi bahasa jika dibandingkan
dengan organ bicara aktif lainnya, seperti lidah dan bibir bawah.
Gigi dapat
dibagi kedalam tiga bagian, yaitu
1.
Ujung gigi,
2.
Tengah gigi, dan
3.
Pangkal gigi
Fungsi
gigi sebagai organ bicara sangat jelas karena merupakan penghambat udara yang
datang dari paru-paru,sehingga tidak keluar secara serentak dari rongga mulut.
Disamping itu, kerja sama antara
bagian-bagian gigi dengan ujung lidah dan bibir bawah merupakan makhroj
beberapa huruf tertentu.
Kerja sama ujung gigi dengan bibir
bawah akan menghasilkan bunyi (fa),kerja sama ujung/tengah gigi dengan
ujung lidah akan menghasilkan bunyi (dzo-dza-ta ), dan kerja sama
pangkal gigi dengan ujung lidah akan menghasilkan bunyi (na-
lam-dzho-da-tho-ta).
f.
Bibir/Labial
Bibir merupakan dua pita yang terdapat di pintu rongga mulut.bibir
terdiri atas otot-otot yang membuatnya dapat bergerak dengan lincah,cepat,dan
teratur sesuai dengan jenis bunyi yang akan dituturkan.
Oleh karena itu , bibir berfungsi sebagai pembentuk bunyi vokal,
Apabila bibir membulat maka akan terjadilah vokal ( u ) atau dlommah,apabila
bibir semi bulat maka terjadilah vokal ( o ), apabila bibir netral, maka
terjadilah vokal ( a ) atau fathah, apabila bibir membentang
terjadilah vokal ( i ) atau kasroh, apabila bibir semi membentang
maka terjadilah vokal ( e ) atau imalah,Disamping itu, kerja sama
antara bibir atas dengan bibir bawah merupakan makhraj ( wawu- mim - ba ),sedangkan kerja sama antara
bibir bawah dengan ujung gigi menjadi makhraj bunyi ( fa ).
g.
Rongga hidung/Nasal cavity
Rongga hidung adalah saluran udara yang terdapat di belakang lubang
hidung dan memanjang sampai ke langit-langit lunak.didalam rongga hidung terdapat
areal-areal kosong, di antaranya yang disebut dengan kantong hidung.
Fungsi rongga hidung dalam bicara jelas tampak ketika klep rongga
hidung terbuka sehingga udara keluar dari rongga hidung,atau klep tersebut
tertutup.sehingga udara keluar dari rongga mulut.Kondisi pertama akan
menghasilkan bunyi seperti ( nun – mim )’ ng, ny’ sedangkan
kondisi kedua akan menghasilkan bunyi
mulut seperti ( ta- tsa-ba )dan lain-lain.
Pembentukan bunyi bahasa terjadi
melalui 4 tahapan utama yaitu sebagai berikut:
1.Proses pembentukan(initiation)
2.Proses pembunyian(phonation)
3.Proses nasalisasi(oro nasal)
4.Proses artikulasi(articulatoin)
1. Proses
Pembentukan(initiation)
Proses pembentukan
ini di sebut juga dengan proses arus udara(air stream mechanism), proses
ini terjadi dengan memasukkan udara
keparu-paru sebagai akibat pembesaran rongga dada dan turunya sekat
rongga dada sehingga mengakibatkan paru-paru mengembang dan udara dari luar
masuk kedalam paru-paru.
Setalah
paru-paru penuh dengan udara , posisi
rongga dada dan sekat rongga dada kembali dengan teratur pada posisi semula
yang mengakibatkan udara di dalamnya tertekan, keluar sedikit demi sedikit
sesuai tekanan yang dibuat.
Proses keluarnya
udara dari paru-paru inilah yang di anggap sebagai proses pembentukan bunyi
bahasa, mengingat karena kebanyakan bunyi bahasa di dunia(termasuk Indonesia
dan Arab)terjadi dengan udara yang keluar dari paru-paru (eksplosif ), walapun
ada beberapa bahasa, seperti bahasa Zolo di Afrika Selatan, Jawa, dan Melayu di
Indonesia yang menggunakan udara yang masuk dari luar (implosif) sebagai
pembentukan beberapa bunyi bahasanya, di samping udara yang keluar dari
paru-paru.
Diantara makhraj
bunyi implosif terdapat di daerah langit-langit keras dan lunak serta di daerah
kerongkongan yang dapat mengeluarkan bunyi yang mirip dengan d, b , k , ts
. Sudan disebut dengan istilah bahasa Taktakah sedangkan di Afrika Selatan disebut
dengan Click.
Tampaknya tidak
ada satu bunyi pun yang keluar dengan
cara seperti ini yang dapat digunakan dalam membaca Alquran.Oleh karena itu,
ulama tajwid sangat konsisten agar dalam membaca Alquran sifat-sifat bunyi
harus diperhatikan dan tidak diperkenalkan mengambil napas .Kemungkinan hal ini
pula yang membuat ahli tajwid menyebutakn bahwa kata “ hawa” dengan maksud
udara yang keluar dari paru-paru, bukan yang ke paru-paru.
Proses pembunyian
ini terjadi di daerah kerongkongan , organ bicaranya yang paling utama adalah dua buah pita suara.
Jenis pembunyian yang terjadi berbeda-beda sesuai dengan kondisi pita suara
dalam menghadapi udara yang datang dari paru-paru.
Seperti diketahui
bahwa paling tidak terdapat empat kondisi pita suara dalam menghadapi udara
yang datang dari paru-paru, yaitu
a)
Kondisi rapat (tertutup),
yang menghasilkan bunyi letupan.
b)
Kondisi bersentuhan , yang menghasilkan bunyi bersuara.
c)
Kondisi berjauhan , yang menghasilkan bunyi tidak bersuara.
d)
Kondisi berdekatan , yang menghasilkan bunyi bisikan. Sedangkan
kondisi terbuka lebar adalah kondisi untuk bernapas biasa.
Tabel 1. Perbedaan
Antara Pengeluaran Udara dari Paru-Paru untuk Tujuan Bicara dengan Pengeluaran
Udara dari Paru-Paru unyuk Tujuan Istirahat/Diam.
Pengeluaran
Udara untuk
Istirahat
|
Pengeluaran Udara
untuk
Bicara
|
Terjadi , tidak sengaja.
|
Terjadi dengan sengaja.
|
Terjadi karena aspek biologis.
|
Terjadi karena ketentuan tertentu.
|
Volume udara sekitar 500cm.
|
Volume udara, 1500-2000cm untuk membaca Alquran atau menyanyi.
|
Gerakan otot/ organ pernapasan terbatas.
|
Gerakan otot/organ pernapasan signifikan.
|
Getaran 15-20 per detik.
|
Getaran per detik lebih besar.
|
Waktu mengisab dan mengeluarkan udara sama.
|
Waktu mengeluarkan udara lebih panjang.
|
Masuk dan keluar udara dari hidung.
|
Masuk udara dari hidung. Keluar dari mulut atau hidung.
|
Tidak terdapat hambatan udara.
|
a.
Pembentukan bunyi letup
Bunyi letup
terbagi menjadi dua, yang pertama
disebut bunyi letup kerongkongan karena terjadinya bunyi letupan di
kerongkongan, yang kedua disebut bunyi
letup bukan
Bunyi letup kerongkongan adalah bunyi hamzah. Bunyi ini
terjadi dengan merapatnya dua buah pita suara sehingga udara tidak dapat keluar
.Paru-patu terus menekan dengan tekanan tambahanguna memaksa dua pita suara untuk
membuka. Setelah itu, terjadilah pembukaan mendadak pada dua pita suara yang mengakibatkan terjadinya bunyi yang
mirip dengan letupan . Bunyi yang lahir inilah yang disebut dengan (hamzah).
Dengan demikian ,
bunyi hamzah ini sebenarnya adalah dari produk dari dua buah pit suara. Oleh
karena itu, ahli fonetik bahwa hamzah tidak termasuk bunyi bersuara dan
tidak pula masuk bunyi tidak
bersuara(bunyi antara), karena dirasa tidak ada urgensi mendeskripsikan bunyi
itu dengan bunyi suara atau tidak, selama organ bicara satu-satunya yang aktif hanyalah
buah pita suara.
Ulama tajwid tidak
setuju dengan spesifikasi hamzah seperti yang disebut ulama fonetik
tersebut,karena menurut mereka makhraj hamzah adalah di pangkal tenggorokan
yang paling jauh . bukan di pita suara.
Adapun bunyi letup
bukan kerongkongan , dibentuk di tempat makhraj masing-masing bunyi tersebut ,
dengan merapatnya dua buah organ bicara di saluran udara ,tepatnya ditempat
makhraj sehingga udara tidak dapat keluar dan terpaksa paru-paru memompakan
udara tambahan untuk memaksa hambatan tersebut terbuka. Ketika itu terjadilah bunyi(
jim-tho-ta-da-ba) .
Ulama fonetik umum
tidak sependapat dengan ulama tajwid mendeskripsikan hufuf jim adalah
bunyi antara letupan dan geseran. Dipihak lain mereka menambahkan huruf dhad
dalam barisan bunyi letupan yang tidak diseujui oleh ulama tajwid.
b.
pembentukan bunyi geseran
bunyi geseran
terjadi apabila udara yang datang dari paru-paru tidak mendapat hambatan yang
kuat baik di kerongkongan atau di luar kerongkongan sehingga udara meluncur
bebas tanpa kesulitan.
Hal ini terjadi
dengan salah satu dari cara tiga berikut; pertama bahwa disaluran udara
terdapat penyempitan ,tetapi tidak sampai membuat udara sulit meluncur di
tempat tersebut. Kedua, terdapat hambatan yang tidak keras sehingga
udara masih bisa lolos dari celah-celahnya. ,Ketiga .terdapat hambatan
yang kuat terhadap udara, tetapi
terdapat pula celah-celah yang dapat dilalui udara, seperti disamping mulut ,
rongga hidung dan lain-lain.
c.
Pembentukan bunyi suara
Untuk menghasilkan
bunyi ini dua buah pita suara harus bersentuhan, tetapi tidak sampai merapat
sehingga udara yang datang dari paru-paru masih dapat membuka dan menutup klep
udara di antara dua pita suara itu dengan mudah, cepat, dan teratur . kondisi
seperti ini mengakibatkan terjadinya getaran pada dua pita suara. Bunyi yang
keluar dalam posisi pita suara seperti ini disebut dengan bunyi bersuara.
Ulama tajwid tidak
mensyaratkan adanya adanya getaran dalam pembentukan bunyi bersuara , tetapi
cukup dengan adanya pengejaan di makhraj dalam proses pembentukannya.
Bunyi bersuara
dalam Arab adalah
(ba – mim –
wawu – dza – dzo – dhad – za – lam – nun – ro – kho – ya – ghoin - ‘ain)
Sedangkan bunyi bersuara dalam bahsa Indonesia adalah b, m, w,
v, d, z, l, n, r, j, c, y, g, ng, dan ny.
d.
Pembentukan bunyi tidak bersuara
Untuk menghasilkan
bunyi ini dua pita suara harus membuka klep lebar-lebar dengan membentuk
semacam segitiga sama kaki sehingga udara yang datang dari paru-paru dengan
leluasa dapat melewati kerongkongan tanpa ada hambatan sedikitpun. Bunyi yang
terjadi dengan kondisi pita suara seperti ini disebut dengan bunyi tidak
bersuara.
Bunyi bahasa Arab
yang tidak bersuara adalah
(fa- tsa- ta-
tho- sin- shod- syien- kaf- kho- qof- kha- ha-hamzah)
Sedangkan bunyi bahasa
Indonesia yang tidak bersuara adalah p, f, t, s, sy, k, (kh, q) ,dan h.
e.
Pembentukan bunyi bisikan
Untuk membentuk
bunyi ini dua pita suara harus berdekatan tetapi tidak sampai mengakibatkan
terjadinya gesekan ketika udara yang datang dari paru-paru melewati klep pita
suara tersebut. Bunyi yang terjadi dengan
kondisi pita suara separti ini disebut dengan bunyi bisikan.
Semua bunyi yang
asalnya bersuara akan berubah menjadi bunyi tidak bersuara dalam kondisi ini
.Oleh karena itu, dalam bicara berbisik –bisik tidak ada bunyi yang ber sifat
letupan dan tidak ada pula yang bersufat bersuara , semua bunyi menjadi geseran
dan tidak bersuara.
Apabila kondisi
yang disebut ahli fonetik umum ini di ambil sebagai pegangan, maka membaca
surah dalam sholat yang tidak boleh jahr (dzuhur dan asyar)akan
menyalahi aturan qiraah ,karena akan mengubah semua bunyi bersuara
menjadi tidak bersuara.
Seperti disebutkan
di atas bahwa ulama tajwid tidak mensyaratkan harus ada getaran dalam
pembentukan bunyi bersuara, tetapi cukup dengan dua syarat, masin-masing
mendapatkan tekanan ekstra di daerah makhraj dan udara bisa meluncur dengan
mudah. Kedua syarat ini teteap terjamin dalam memproduk bunyi berbisik, jadi
tidak menyalahi aturan qiraah.
Namun demikian , pendapat ulama fonetik ini lebih banyak diadopsi
dan perlu dipertimbangkan.
Lewat proses
inilah ditentukan apakah suatu bunyi tergolong bunyi mulut murni atau bunyi
hidung termasuk salah satu unsurnya.Apabila langit-langit lunak atau anak lidah
(tekak)menutup saluran yang mengarah ke rongga hidung, maka bunyi yang akan
terjadi adalah mulut murni, seperti bunyi( ha, kha, kaf, jim, ta, sin, tsa,
ta) dalam bahasa Arab dan seperti bunyi b, t, s, j, h, d dalam
bahasa Indonesia.
Apabila langit-langit lunak atau anak lidah tidak menutup lubang
rongga hidung, maka bunyi yang terjadi akan menjadi bunyi hidung, seperti bunyi
(mim-nun) dalam bahasa Arab dan bunyi ng dan ny dalam
bahasa Indonesia.
Apabila sebagian udara keluar dari
rongga mulut dan sebagian keluar dari rongga hidung , maka akan menjadi bunyi
dengung (ghunnah) seperti bunyi paduan dari nun dan ya pada kalimat: من يعمل
4.
Proses artikulasi(articulation)
Setelah udara yang
keluar dari paru-paru mengambil bentuknya di kerongkongan ,kemudian menetukan
arahnya ,apakah akan keluar dari rongga hidung atau semi, udara tersebut
meneruskan prosenya kepada prosesartikulasi final, sesuai dengna bentuk dan
sifat dari bunyi yang akan dituturkan.
Proses ini terjadi dengan kerja sama antara organ bicara
aktif dengan organ bicara pasif. Termasuk organ bicara aktif adalah bibir
bawah, lidah, tekak dan tenggorokan, sedangkan yang termasuk organ bicara pasif
adalah belahan mulut atas termasuk gigi atas, gusi, langit-langit keras.
Dalam proses ini
peran organ bicara yang terdapat di
rongga mulut sangat signifikan dalm menetukan corak bunyi yang akan dihasilkan
.Apabila organ bicara menghadapi
menghadapi udara yang datang dari paru-paru
tersebut dengan hambatan yang kuat dan menyeluruh, maka terjadilah bunyi
letupan, seperti bunyi ( da, qof, tho, ta, ba ),jika dihadapi dengan
hambatan parsial ,akan terjadi bunyi geseran seperti bunyi( ha, ghoin, kho,
shod, fa, dza, tsa) .
Adapun jika dihadapi dengan hambatan akan memberi peluang untuk
udara keluar dari tempat lain di bagian mulut , akan terjadilah bunyi sampingan
, seperti bunyi( dhad-lam) dan seterusnya.
KESIMPULAN
1.
Alat-alat pernapasan:
a.
Rongga dada/Chest ribs.
b.
Sekat rongga dada/Diaphragm.
c.
Paru-parullungs.
d.
Saluran udara/Trachea.
2.
Kerongkongan/Larynx
·
Posisi rapat/ Tertutup.
·
Posisi bergesekan/Bbersentuhan.
·
Posisi berjauhan.
·
Posisi berdekatan.
3.
Organ Bicara di Atas Kerongkongan.
a.
Tenggorokan.
b.
Lidah/Tounge.
c.
Langit-langit/Palate.
d.
Anak lidahTtekak/Uvula.
e.
Gigi /Dental.
f.
Bibir/Labial.
g.
Rongga hidung/Nasal Cavity.
4.
Pembentukan Bunyi Bahasa
·
Proses pembentukan/initiation.
·
Proses pembunyian/phonation.
·
Proses nasalisasi/ oro nasal.
·
Proses artikulasi/articulation.
DAFTAR PUSTAKA
Kamal
Muhamed bisyr. 1991. Al-Ashwat Al-Arabiyah. Tc. Kairo:Maktabah Asy-Syabab.
Ahmad
Mukhtar Umar. 1991. Dirasat Ash-Shaut Al-Lughowi, tc. Kairo: Alam
Al-Kutub.
Tagrid
Sayid Anbar. 1990. Dirasat shautiyah, tc. Tunis: Alesco.
Abdullah Rabbie Mahmud, dkk. 1988. Ilmu
Ash-Syautiyat .Cet II. Mekah: Maktabat Ath-Tholib Al-Jami’i, 1988.
No comments:
Post a Comment